Pertamina Kejar Harga Minyak Murah dari AS, Ada Apa di Balik Negosiasi?
JAKARTA, MATANUSANTARA — PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) terus mencari skema paling ekonomis untuk mengimpor minyak mentah dari Amerika Serikat (AS), sebagai bagian dari rangkaian negosiasi tarif resiprokal 19% yang sedang dibahas kedua negara.
Direktur Utama KPI, Taufik Adityawarman, dalam RDP bersama Komisi XII DPR RI, Senin (17/11), menegaskan bahwa Pertamina mendukung kebijakan pemerintah.
Rembug Nasional PTS 2025 Bahas Arah Pendidikan Menuju Indonesia Emas 2045
“Kami mendukung program pemerintah untuk tarif resiprokal dengan AS, bagaimana mendapatkan impor minyak mentah secara ekonomis,” ujarnya.
Dalam proses negosiasi, Indonesia berencana mengimpor produk migas asal AS senilai US$ 15 miliar atau sekitar Rp 250 triliun. Langkah ini diharapkan membantu menjaga keseimbangan neraca perdagangan Indonesia–AS di tengah tekanan tarif.
Kurir Sabu Ditangkap di Bandara Internasional Maros Saat Akan Terbang ke Jayapura
Optimalkan Serapan Minyak Domestik
Selain persiapan impor dari AS, Pertamina juga memperkuat koordinasi dengan Kementerian ESDM dan SKK Migas untuk memaksimalkan penyerapan minyak mentah domestik, termasuk menurunkan alpha crude dalam komposisi pasokan.
Taufik menegaskan, 6 kilang yang dikelola Pertamina saat ini memiliki kapasitas total 1,15 juta barel per hari, menyuplai 60–70% kebutuhan BBM nasional.
Polres Maros Gelar Upacara Hari Pahlawan, Tekankan Nasionalisme dan Pengabdian
Pertamina juga tengah meningkatkan kapasitas intake crude sebesar 100 ribu barel per hari di RU V Balikpapan, dari 260 ribu menjadi 360 ribu barel per hari.
Proyek RDMP Balikpapan tercatat sudah 96,97% dan ditargetkan commissioning pada tahun 2025.
Belum Ada Kesepakatan dengan AS
Hingga kini, kesepakatan tarif resiprokal dengan AS belum final.
Ingin Sekolah Berasrama dan Bertaraf Internasional? Ini Kesempatanmu di SMA KTB!
Direktur Jenderal Migas Laode Sulaeman memastikan bahwa impor migas dari Singapura belum dihentikan, mengingat perubahan rute impor baru akan dilakukan setelah kesepakatan tarif disetujui kedua negara.
Sementara Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto menegaskan bahwa keputusan akhir baru bisa dijalankan setelah penandatanganan kesepakatan, dan Menteri Perdagangan Budi Santoso menargetkan perundingan bisa rampung dalam bulan ini.
Editor; Ramli

Tinggalkan Balasan