JAKARTA, MATANUSANTARA – Mayoritas mata uang Asia bergerak variatif terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini, Senin (18/8/2025). Melansir dari Refinitiv, per pukul 11.35 WIB, won Korea tercatat sebagai mata uang dengan penguatan tertinggi, sementara ringgit Malaysia menjadi yang paling tertekan.
Won Korea memimpin penguatan dengan lonjakan 0,36% ke posisi KRW 138,71/US$. Disusul oleh rupee India yang terapresiasi 0,11% ke INR 87,39/US$ dan rupiah yang juga menguat 0,11% di level Rp16.185/US$. Perlu dicatat, data rupiah hari ini diambil dari pasar Non-Deliverable Forward (NDF) karena Indonesia tengah libur cuti bersama HUT RI ke-80.
Dolar Taiwan turut menguat 0,10% ke TWD 29,99/US$, sedangkan dolar Singapura menguat tipis 0,08% ke SGD 1,2816/US$. Yuan China pun stabil dengan kenaikan ringan 0,03% di posisi CNY 7,17/US$.
Sebaliknya, tekanan dialami oleh beberapa mata uang lain di Asia. Yen Jepang melemah 0,15% ke JPY 147,4/US$, disusul dong Vietnam yang juga turun 0,15% ke VND 26.280/US$. Baht Thailand terkoreksi tipis 0,03% ke THB 32,42/US$, sementara ringgit Malaysia menjadi yang terlemah dengan pelemahan 0,26% ke MYR 4,22/US$.
Di pasar global, indeks dolar AS (DXY) per pukul 11.55 WIB bergerak stabil di kisaran 97,83. Pergerakan ini terjadi menjelang pertemuan penting di Washington antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy.
Pertemuan tersebut menyusul diskusi Trump dengan Presiden Rusia Vladimir Putin pada akhir pekan lalu. Meski belum menghasilkan kesepakatan gencatan senjata, Putin dikabarkan memberi sinyal positif dengan membuka peluang bagi AS dan Eropa untuk menawarkan jaminan keamanan yang lebih kuat kepada Ukraina sebagai bagian dari potensi kesepakatan damai.
Dari sisi kebijakan moneter, pelaku pasar memperkirakan peluang sebesar 84% bahwa Federal Reserve akan memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin pada September mendatang.
Namun, data inflasi produsen dan penjualan ritel yang lebih tinggi dari perkiraan menekan kemungkinan pemangkasan lebih agresif sebesar 50 basis poin. Seluruh perhatian kini tertuju pada simposium Jackson Hole pekan ini, di mana Ketua The Fed Jerome Powell diperkirakan akan memberikan arahan lebih lanjut terkait kebijakan moneter AS.