Swedia Kekurangan Sampah, Impor Limbah Jadi Energi Listrik
INDONESIA, MATANUSANTARA -– Sebuah ironi terjadi di Swedia, negara yang dikenal sebagai pionir pengelolaan limbah dunia. Alih-alih kewalahan dengan tumpukan sampah, Swedia justru kekurangan sampah hingga harus mengimpor 2,3 juta ton dari negara tetangga.
Uniknya, negara-negara pengekspor malah membayar Swedia untuk mengelola limbah mereka.
Serangan Israel ke Qatar Langgar Hukum Internasional, Indonesia Bereaksi
Data terbaru menunjukkan, kurang dari 1% sampah rumah tangga di Swedia berakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
Sebagian besar berhasil didaur ulang, sementara sisanya diolah menjadi energi melalui sistem Waste-to-Energy (WtE).
RUU Kontroversial Nepal Atur Media Sosial Picu Gejolak Nasional
Setiap tahun, sekitar 4,4 juta ton sampah dihasilkan. Separuhnya didaur ulang, sementara yang lain dibakar di insinerator modern untuk menghasilkan listrik dan panas.
Energi dari sampah ini mampu memanaskan lebih dari 810.000 rumah dan menyediakan listrik untuk 250.000 rumah.
Rutan Barru Tanam Pohon Kelapa, Dukung Ketahanan Pangan Nasional
“Setiap ton sampah yang tidak masuk TPA mampu mencegah sekitar 1.100 pon emisi karbon. Ini bukti nyata bahwa sampah bisa jadi solusi, bukan masalah,” ungkap salah satu pakar lingkungan dari Swedia.
Kunci kesuksesan Swedia terletak pada disiplin warganya yang terbiasa memilah sampah sejak di rumah, kebijakan pemerintah yang tegas, serta teknologi pengolahan canggih.
Rutan Barru Tanam Pohon Kelapa, Dukung Ketahanan Pangan Nasional
Bahkan residu hasil pembakaran pun dimanfaatkan kembali, seperti kerikil terak untuk pembangunan jalan.
Ironisnya, keberhasilan daur ulang membuat pasokan sampah untuk insinerator berkurang. Akibatnya, Swedia mengimpor sampah dari negara-negara Eropa lain, termasuk Norwegia dan Inggris Raya.
Putra Menkeu Purbaya Bikin Gempar Media Sosial Nasional, Sindir “CIA dan Orang Miskin”
Kisah sukses ini memberi pelajaran penting bagi Indonesia yang masih bergelut dengan masalah sampah.
Dengan kombinasi kebijakan tepat, teknologi, dan partisipasi masyarakat, sampah bisa berubah dari beban menjadi aset berharga.
Editor: Ramli
Sumber: Via.tt.se
Tinggalkan Balasan