BI Pertahankan Suku Bunga, Investor Waspada Kredit dan Emiten
JAKARTA, MATANUSANTARA — Bank Indonesia (BI) pada Rabu (17/12) mempertahankan suku bunga acuan BI Rate di level 4,75%, sesuai ekspektasi pasar. Fasilitas pinjaman dan simpanan masing-masing dipertahankan pada 5,5% dan 3,75%, untuk menjaga stabilitas moneter di tengah kondisi kredit perbankan yang fluktuatif.
BI mencatat pertumbuhan kredit perbankan November 2025 meningkat menjadi +7,74% YoY dibanding Oktober +7,36% YoY. Namun angka ini masih di bawah target 2025 yang direvisi menjadi +8–11% YoY. Permintaan kredit dipengaruhi sikap wait and see pelaku usaha, optimalisasi pembiayaan internal korporasi, dan penurunan suku bunga kredit yang lambat.
Fasilitas pinjaman yang belum dicairkan (undisbursed loan) pada November 2025 tetap tinggi, mencapai Rp2.509,4 triliun atau 23,18% dari plafon kredit tersedia. BI memperkirakan pertumbuhan kredit 2025 akan berada di batas bawah target, dengan potensi peningkatan pada 2026.
Di pasar modal, Direktur BEI, Jeffrey Hendrik, mengatakan pada Rabu (17/12) bahwa pihaknya bersama self-regulatory organization telah bertemu pimpinan MSCI di New York pekan lalu untuk membahas wacana perubahan metodologi free float saham emiten Indonesia.
“BEI menghormati kewenangan penyedia indeks MSCI, namun meminta agar wacana ini tidak diskriminatif dan berlaku universal terhadap indeks global negara lain,” ujar Jeffrey.
Sebelumnya, MSCI meminta masukan pasar terkait rencana penggunaan Laporan Komposisi Holding Bulanan KSEI sebagai referensi tambahan dalam menghitung free float.
Sementara du Amerika Serikat, data ekonomi terbaru menunjukkan non-farm payrolls November 2025 bertambah 64 ribu, melampaui ekspektasi 50 ribu.
Tingkat inflasi naik ke 4,6%, tertinggi sejak September 2021. Penjualan ritel inti naik +0,8% MoM, lebih tinggi dari perkiraan +0,4% MoM. Kondisi ini menjadi sinyal bagi investor global untuk menilai arah kebijakan moneter dan investasi.
Bangun Kosambi Sukses (CBDK) mendirikan PT Samudra Mega Utama untuk mengembangkan bisnis real estate di kawasan PIK 2. “Langkah ini bagian dari strategi pemekaran kegiatan usaha perseroan,” jelas pihak CBDK.
SLJ Global (SULI) berencana private placement hingga ~632,1 juta saham baru, dengan potensi dilusi 9,09%. Dana diperuntukkan untuk modal kerja, perbaikan mesin, dan kapasitas produksi, yang akan dibahas dalam RUPSLB 19 Desember 2025.
Komisaris Cikarang Listrindo (POWR), Iwan Putra Brasali, membeli ~2,9 juta saham POWR pada 11 Desember 2025 senilai total ~2 miliar rupiah. Porsi kepemilikan langsung meningkat dari 0,0081% menjadi 0,0266%.
Pemegang saham Adhi Karya (ADHI) menyetujui pengangkatan Moeharmein Zein Chaniago sebagai direktur utama baru menggantikan Entus Asnawi Mukhson pada 16 Desember 2025. Amelia Tetriana juga diangkat sebagai komisaris.
Perubahan regulasi batubara menjadi sorotan investor. Bea ekspor 1–5% dan pengetatan aturan DHE SDA berpotensi mengubah peta risiko emiten.
“Emiten dengan penjualan domestik kuat, kas besar, dan PLTU sendiri jauh lebih defensif,” ujar akun komunitas Stockbit, husin1030.
“Sebaliknya, yang mengandalkan ekspor penuh tanpa mitigasi domestik menghadapi tekanan laba tinggi, ITMG berada di risiko tertinggi,” tambahnya.
Ringkasan ini memberi kerangka pemikiran bagi investor untuk menilai ulang portofolio batubara di tengah regulasi baru.
Secara keseluruhan, kondisi kredit, kebijakan BI, dinamika pasar modal, dan perubahan regulasi sektor strategis menjadi titik fokus bagi investor yang ingin menjaga eksposur risiko.
Hingga berita ini ditulis, perusahaan dan regulator belum memberikan penjelasan lebih lanjut terkait proyeksi pertumbuhan kredit, strategi free float MSCI, dan dampak regulasi batubara, sementara investor masih menunggu informasi resmi untuk mengambil keputusan strategis. (RAM)
Sumber: snips.stockbit.com

Tinggalkan Balasan