JAKARTA, MATANUSANTARA –Aksi demonstrasi yang dilakukan sekelompok mahasiswa yang tergabung dalam Serdadu Muda Nusantara (SEDARA) menggema di depan Mabes Polri, Kamis (12/9/2024).
SEDARA menggelar aksi demonstran buntut Kapolda Sulsel, Irjen Pol Andi Rian R Djajadi diduga intimidasi salah satu reporter media online di Sulawesi Selatan (Sulsel)
Mereka dalam aksinya agar Kapolda Sulsel segera dicopot dari jabatannya setelah diduga mengintimidasi seorang wartawan terkait pemberitaan pungli SIM di Polres Bone.
Dalam aksi tersebut, ratusan mahasiswa membawa spanduk dan poster bertuliskan kecaman terhadap tindakan Kapolda Sulsel, yang dinilai mengancam kebebasan pers dan bertentangan dengan semangat pemberantasan korupsi.
Koordinator Lapangan SEDARA, Muhammad Senanatha, dalam orasinya menegaskan bahwa intimidasi terhadap wartawan adalah tindakan tidak terpuji yang mencederai prinsip demokrasi.
Senanatha menilai tindakan tersebut tidak mendukung upaya pemberantasan pungli di wilayah tersebut, melainkan memperlihatkan tindakan represif terhadap kebebasan pers.
“Kami sangat kecewa karena alih-alih mendukung pemberantasan pungli, Kapolda justru melakukan intimidasi terhadap jurnalis yang bertugas menyuarakan kebenaran,” ujar Senanatha dalam orasinya.
Aksi ini menjadi bentuk solidaritas mahasiswa terhadap kebebasan pers yang terancam oleh tindakan aparat.
Mahasiswa mendesak Mabes Polri segera melakukan pemeriksaan terhadap Irjen Pol Andi Rian terkait dugaan pelanggaran kode etik.
Orator aksi, Wahyudi, menegaskan bahwa aksi ini bukan sekadar membela wartawan, tetapi juga membela prinsip kebebasan pers dan akuntabilitas hukum.
“Kapolda Sulsel harus dicopot jika terbukti bersalah. Ini bukan hanya tentang wartawan yang diintimidasi, tapi tentang kebebasan pers dan penegakan hukum yang harus ditegakkan,” tegas Wahyudi.
Ia juga menambahkan bahwa aksi dengan jumlah massa yang lebih besar akan digelar minggu depan jika tuntutan mereka tidak dipenuhi.
Diberitakan sebelumnya, seorang wartawan bernama Heri Siswanto, memberitakan adanya dugaan pungli dalam penerbitan SIM di Polres Bone, Sulawesi Selatan.
Heri mengungkapkan bahwa seorang warga mengeluhkan biaya pembuatan SIM A baru yang mencapai Rp500 ribu, lebih tinggi dari yang seharusnya.
Setelah berita tersebut viral, Kapolda Sulsel, Irjen Pol Andi Rian, bukannya memberikan klarifikasi atau membantah informasi, malah menelepon Heri dan memarahinya.
Dalam pembicaraan itu, Andi Rian mempertanyakan sikap Heri yang kerap memberitakan hal miring tentang polisi.
“Andi Rian marah-marah. Dia bilang, ‘Apa masalahmu dengan polisi, mengapa kamu sering memberitakan yang miring-miring tentang polisi? Kamu tahu nggak kalau kamu memberitakan polisi, itu kamu menghajar institusi,’” ungkap Heri menirukan ucapan Andi Rian.
Tak hanya itu, Andi Rian juga menyinggung pekerjaan istri Heri, Gustina Bahri, yang bekerja di Polres Sidrap.
Tak lama setelah pembicaraan tersebut, Gustina dimutasi ke Polres Kepulauan Selayar, jauh dari tempat tinggalnya sebelumnya.
Gustina kini tinggal bersama anak perempuannya yang berusia 4 tahun di sebuah kost sederhana di Kepulauan Selayar.
Dampak dari mutasi tersebut membuat anak Gustina terpaksa meninggalkan sekolahnya di TK Bhayangkari Sidrap.
“Anak kami harus pindah, dan kami terpaksa tinggal di tempat yang jauh dari keluarga. Apakah ini keadilan?” ujar Heri dengan nada kecewa.