MAKASSAR, MATANUSANTARA -Ditengah meningkatnya tensi antar kelompok mahasiswa, Kapolrestabes Makassar, Kombes Pol Arya Perdana, S.H., S.I.K., M.Si., secara tegas memperingatkan tentang ancaman tersembunyi yang memperkeruh suasana: penyebaran disinformasi melalui media sosial yang memperbesar konflik dan menciptakan ketakutan di dunia akademik.
Pernyataan itu disampaikan saat memimpin apel pagi di Lapangan Polrestabes Makassar, Senin (28/07). Dalam arahannya, Arya menegaskan bahwa situasi keamanan Makassar secara umum masih kondusif, tetapi kekhawatiran publik meningkat akibat sejumlah narasi menyesatkan yang disebar pascakejadian sweeping di lingkungan kampus.
Status Hukum Mira Hayati Dipertanyakan, Praktisi Hukum Desak Jaksa Segera Eksekusi
“Ada video sweeping mahasiswa yang dikombinasikan dengan kejadian penganiayaan di tempat dan waktu berbeda. Disatukan dalam satu narasi, seolah-olah sweeping itu yang menyebabkan luka bacok. Ini bentuk manipulasi informasi yang sangat membahayakan,” tegas Arya.
Hoaks dan Teror Digital masuk ke dunia Akademik lebih dari sekadar keributan antar mahasiswa, namun peristiwa ini menurut Arya menyentuh jantung aktivitas kampus
Kuasa Hukum Minta Tanggung Jawab Institusi, Tegaskan Perlindungan Konstitusional Warga Negara
Kata Arya, mahasiswa dari wilayah Luwu, Luwu Utara, Luwu Timur hingga Palopo mengaku takut kembali ke kampus karena takut menjadi korban sweeping, padahal informasi itu belum tentu benar.
“Ada isu-isu akan sweeping kendaraan berpelat DP. Setelah kita dalami, tidak ada bukti kuat. Ini semua ulah segelintir orang yang ingin membuat resah warga dan menciptakan ketegangan horizontal,” ungkapnya.
Mahasiswa Unhas Fakultas Hukum Antusias Ikuti Kuliah Umum Yang Dibawakan Kajati Sulsel
Yang belum banyak diungkap media kata Arya, polisi mendeteksi upaya sistematis menciptakan ketakutan kolektif di antara mahasiswa melalui konten manipulatif dan narasi seolah-olah konflik ini bersifat kolektif antarkelompok etnis atau wilayah.
Kapolrestabes secara terbuka menyebut adanya aktor digital yang meski tak terlibat langsung dalam aksi lapangan, aktif menyebar provokasi dan hoaks secara daring.
Kejati Sulsel dan KKN-T Unhas Kolaborasi Lawan Judi Online Lewat “Jaksa Menyapa”
“Jika mereka sampai menimbulkan korban, akan kita kejar. Provokator digital ini harus diberi tindakan tegas,” tegas Arya.
Klarifikasi Polisi: Ini Bukan Konflik Rasial
Menanggapi isu yang berkembang, Kapolrestabes menekankan bahwa bentrok yang terjadi bukan tindakan rasis atau konflik horizontal antar daerah, melainkan tindakan perorangan yang dibesar-besarkan.
“Para Kapolsek harus menyampaikan kepada masyarakat bahwa ini bukan konflik antardaerah atau etnis. Ini masalah perorangan yang dimanfaatkan oleh pihak-pihak tak bertanggung jawab,” jelasnya.
Jaksa Selamatkan Kerugian Negara, Rekanan Diskominfo Maros Jadi Tersangka
Aparat diminta Aktif Jaga Narasi di dunia maya (Dumay) diluar tugas pengamanan, Arya juga meminta jajarannya untuk aktif memantau dan menjadi penyeimbang informasi di media sosial (Medsos). Ia mengingatkan agar anggota tidak hanya fokus pada tindakan represif, tetapi juga berperan dalam mendinginkan situasi melalui komentar positif dan tidak ikut menyebar konten provokatif.
“Polisi tak harus selalu tangkap pelaku di lapangan. Tapi setidaknya jangan ikut menyebar narasi panas. Kita harus bantu menenangkan,” pungkasnya.
Laksanakan Arahan Kapolda Sulsel, Polres Pangkep Ungkap Penyalahgunaan BBM Subsidi
Langkah ini menunjukkan bahwa konflik mahasiswa di Makassar bukan hanya masalah fisik, tapi juga pertempuran opini dan persepsi yang dimainkan di medsos dan pihak kepolisian tak ingin kecolongan di medan digital.