Ketika Adat Dilecehkan, Toraja Bicara: TAST Desak Pandji Minta Maaf Terbuka
TANAHTORAJA, MATANUSANTARA — Lembaga Tongkonan Adat Sang Torayan (TAST) menyampaikan kecaman dan keprihatinan atas pernyataan komedian Pandji Pragiwaksono yang dinilai melecehkan adat dan budaya masyarakat Toraja.
Melalui surat terbuka yang beredar pada Sabtu (1/11/2025), lembaga adat tersebut menilai materi komedi Pandji yang menyinggung upacara adat Rambu Solo’ telah menyakiti harga diri dan martabat orang Toraja.
Presiden Prabowo Siapkan Reformasi Nasional, Pimpin Pemusnahan 214 Ton Narkoba
Dalam potongan video yang beredar, Pandji menyebut bahwa masyarakat Toraja kerap menggelar pesta pemakaman dengan biaya mahal hingga menyebabkan warganya jatuh miskin. Ia juga mengatakan bahwa sebagian masyarakat Toraja “menyimpan jenazah di ruang tamu” karena tak mampu membiayai pemakaman.
Pernyataan itu menuai reaksi keras dari Tongkonan Adat Sang Torayan, yang menilai ucapan tersebut keliru, menyesatkan, dan merendahkan nilai luhur adat Toraja.
Netanyahu Ingatkan!! Israel Akan Tentukan Sendiri Pasukan Internasional di Gaza
“Rambu Solo’ bukan pesta untuk membuang harta, melainkan ritual sakral penghormatan terakhir kepada arwah leluhur. Ia merefleksikan kasih sayang, gotong royong, dan kepercayaan masyarakat Toraja terhadap kehidupan setelah kematian,” tulis TAST dalam surat terbukanya yang diterima matanusantara.co.id dari salah satu warga Tanah Toraja, Arny, Minggu (02/11)
Lembaga adat itu juga menegaskan, upacara adat Toraja tidak pernah memiskinkan warganya. Justru sebaliknya, adat menjadi sistem sosial yang memperkuat solidaritas, karena setiap keluarga yang berduka selalu dibantu rumpun dan kerabat lainnya.
KSPI Umumkan Aksi Nasional 30 Oktober, 10 Ribu Buruh Bergerak Serentak
“Menyebut adat sebagai penyebab kemiskinan adalah bentuk simplifikasi dangkal terhadap adat luhur yang tidak dipahami secara mendalam,” tegas pernyataan itu.
TAST juga menilai penggunaan istilah “mayat di ruang tamu” adalah pelecehan terhadap kepercayaan Toraja. Dalam pandangan adat, jenazah bukan dianggap sebagai mayat, melainkan to’ makula orang yang sedang tidur panjang dan masih menjadi bagian dari keluarga sampai waktu penghantarannya ke peristirahatan terakhir.
KSPI Umumkan Aksi Nasional 30 Oktober, 10 Ribu Buruh Bergerak Serentak
“Ini bukan horor ini adalah cinta, penghormatan, dan kesetiaan,” tulis TAST menegaskan filosofi adat Toraja yang sarat makna spiritual.
Seruan Permintaan Maaf dan Dialog Adat
Tongkonan Adat Sang Torayan tetap menghormati kebebasan berekspresi, termasuk dalam dunia komedi. Namun, mereka mengingatkan bahwa kebebasan tidak boleh menjelma menjadi pelecehan terhadap kearifan lokal bangsa.
Wujudkan Pemasyarakatan Bersih, Lapas Maros Ikuti Komitmen Nasional Pemberantasan Halinar
Dalam surat terbukanya, TAST menyerukan tiga hal kepada Pandji Pragiwaksono:
1. Meminta maaf secara terbuka kepada masyarakat Toraja;
2. Belajar dan berdialog langsung dengan tokoh adat untuk memahami makna budaya Toraja;
600 Dapur Gizi Gratis Milik Polri Tak Pernah Bermasalah, Irma Chaniago: Bisa Jadi Contoh Nasional
3. Menjadikan peristiwa ini refleksi moral, bahwa tawa tidak boleh dibangun di atas penghinaan terhadap adat dan budaya.
“Ketika satu adat dilecehkan, seluruh akar bangsa ikut terluka. Kami tidak menuntut dengan amarah, tetapi menegur dengan cinta dan tanggung jawab adat,” tegas pernyataan yang ditandatangani Ketua Umum TAST Benyamin Ranteallo dan Sekretaris Umum Ronny Parassa itu.
Pemusnahan HP di Lapas Parepare Jadi Contoh Nasional
Latar Belakang Singkat
Upacara adat Rambu Solo’ merupakan salah satu tradisi tertua masyarakat Toraja yang menjadi simbol penghormatan terakhir kepada leluhur.
Selain bernilai spiritual, upacara ini memperkuat jaringan sosial dan ekonomi masyarakat melalui sistem gotong royong dan solidaritas antarkerabat.
Editor: Ramli

Tinggalkan Balasan