Medsos Terguncang! Lirik ‘Merah Putih Untuk Siapa?’ Jadi Sentilan untuk Pejabat Negara
JAKARTA, MATANUSANTARA — Dunia musik tanah air kembali dikejutkan oleh karya kritis yang menyentuh nurani rakyat. Lagu berjudul “Merah Putih Untuk Siapa?” karya AI Mitsuno atau Onky Melvin, mendadak viral di berbagai platform media sosial sejak pertama kali diunggah melalui akun Instagram pribadinya, @AIMitsuno, pada 20 Agustus 2025.
Video berdurasi tiga menit itu menampilkan AI Mitsuno dengan ekspresi penuh emosi di sebuah ruangan sederhana berlatar bendera merah putih.
Viral di KTT ASEAN, RTM Malaysia Salah Sebut Prabowo Jadi Jokowi, Ini Klarifikasinya
Dengan gaya rap lantang dan tempo terukur, ia melontarkan kritik tajam terhadap ketimpangan sosial, kemunafikan pejabat, dan pudarnya keadilan di negeri yang katanya menjunjung “Bhinneka Tunggal Ika”.
Tak butuh waktu lama, unggahan tersebut langsung menuai reaksi publik dan ribuan komentar yang menggambarkan betapa kuatnya pesan moral di balik lagu tersebut.
Lirik Lagu “Merah Putih Untuk Siapa?”
Maaf, Jenderal
Merah dan hitam saja
Karena putih terlalu suci
Untuk negeri yang di dalamnya banyak orang mati
Termasuk hukum dan keadilannya
Merah berani, putih suci
Lambang suci diseret ambisi
Di tangan kotor tanpa nurani
Berkibar megah tapi penuh ironi,
kami berdiri, tapi hati mati.
Katanya Garuda lambang kejayaan,
tapi yang diagungkan cuma jabatan.
Yang jatuh miskin kami korban tekanan,
disuruh hormat tiap upacara bulanan,
tapi yang dijunjung malah pengkhianatan.
Keadilan sosial hilang tanpa alasan.
Pajak naik demi kantong pejabat sialan,
tapi yang disiksa cuma rakyat pedalaman.
Mereka kenyang pesta di meja jabatan,
kami lapar cuma dapat angin harapan.
Keadilan disusun dalam presentasi mapan,
tapi di lapangan hanya siksaan perlahan.
Merah putih dikibarkan, tapi siapa yang ditinggikan?
Merah putih dikibarkan, yang rugi rakyat, yang untung atasan.
Merah putih dikibarkan, yang dijaga cuma kekuasaan.
Rakyat kecil dihantam aturan,
dan undang-undang pesanan.
Garuda bicara Bhinneka Tunggal Ika,
tapi nasib kami cuma luka.
Bendera dikibarkan penuh suka,
sementara dapur kami cuma air dan doa.
“Genre dan Gaya Artistik Merah Putih Untuk Siapa?” berdiri di antara dua kutub.
- Hip-Hop kontemporer
- Lagu protes klasik.
Hip-Hop/Rap.
- Ritme cepat
- Diksi tajam
- Flow tegas
- penuh perlawanan.
Protest Song / Social Awareness: menggugat kemunafikan sosial dan kegagalan moral pejabat publik.
AI Mitsuno memadukan beat rap minimalis dengan petikan gitar akustik bernada minor, menghasilkan atmosfer gelap tapi jujur, seolah mengajak pendengar menatap kenyataan tanpa topeng.
“Musik itu bahasa hati rakyat. Kalau realitasnya pahit, nadanya pun harus berani,” AI Mitsuno (Onky Melvin), dikutip, Selasa (28/10)
Respons Publik: Komentar Netizen Bergemah
Unggahan video tersebut langsung dibanjiri komentar dari berbagai kalangan. Banyak yang menilai lagu ini mewakili jeritan hati rakyat kecil, bahkan ada yang berharap lagu ini diputar di ruang-ruang pemerintahan.
Beberapa komentar warganet yang mencuri perhatian:
“Lagu ini sangat menyentuh hati yang sangat dalam, sesuai dengan keadaan dan situasi yang terjadi di negeri ini.” @artha_ajik
“Keren lagunya nih, mencerminkan keadaan rakyat sekarang 👍👍.” — @lindawaty68
“Bagus lirik dan lagunya pas dengan kondisi negeri ini. Ayo gaungkan sampai terdengar di telinga presiden!” — @sulistyowati.elly
“Bagus lagunya, perlu diputar terus biar pejabat Indonesia melek, nggak rakus, dan sadar rakyat makin susah.” @haryati.1482
“Kami selalu mendukung bentuk keadilan. Ibu Pertiwi saat ini menangis.” — @gandes_luwes69
Rasa Investigasi: Pesan Tersirat di Balik Lirik
Jika diperhatikan secara mendalam, “Merah Putih Untuk Siapa?” bukan sekadar lagu, melainkan pernyataan politik dalam bentuk musik.
Beberapa baris lirik seperti “Keadilan disusun dalam presentasi mapan, tapi di lapangan hanya siksaan perlahan” menggambarkan kesenjangan antara narasi dan realita birokrasi.
Sedangkan bagian “Garuda bicara Bhinneka Tunggal Ika, tapi nasib kami cuma luka” mengandung sindiran tajam terhadap idealisme nasional yang terkikis oleh kepentingan pribadi dan kekuasaan.
Analisis dari pengamat musik menilai, karya AI Mitsuno ini memiliki kekuatan seperti lagu protes era 70–80-an, namun dibalut gaya rap modern yang membuatnya relevan di telinga generasi muda.
Editor: Ramli
Sumber: Instagram.

Tinggalkan Balasan