MAKASSAR, MATANUSANTARA –Jelang hari ulang tahun (HUT) Kemerdekaan Republik Indonesia (RI) ke 80 Tahun diduga menjadi sejarah kelam Dunia Kesehatan usai video durasi singkat Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Daya Makassar viral di sejumlah platform media sosial (Medsos) Jumat 15 Agustus 2025.
Sebuah video viral itu berdurasi singkat telah mengguncang jagat maya dan menjadi sorotan tajam publik usai mencuat di platform Medsos
Dimana petugas kesehatan RSUD Daya dalam video terlihat asyik menggelar perlombaan meriah di lobi rumah sakit, diiringi musik yang memekakkan telinga.


Ombudsman Sulsel Akan Bentuk Tim Usut Kasus Pasien ‘Ditelantarkan’ RSUD Daya
Celakanya, di waktu yang hampir bersamaan seorang pasien di ruang ICU dikabarkan meninggal dunia!
Seketika, gelombang asumsi liar dan tudingan “catatan sejarah kelam” pun menyeruak.
Publik bertanya-tanya, bagaimana bisa suasana sakral rumah sakit berubah menjadi arena pesta, sementara nyawa dipertaruhkan.



Berdasarkan penelusuran jejak digital Matanusantara.co.id bahkan mengungkap, insiden serupa belum pernah terjadi di RSUD Daya dalam 10 tahun terakhir. Diduga Ini adalah yang pertama, dan tentu saja, sangat mengejutkan!
Parah!! Kondisi Masih Lemah, Dokter RSUD Daya Makassar Arahkan Pasien Miskin Rawat Jalan
Klarifikasi Humas: Permohonan Maaf dan Bantahan Keras!
Menanggapi badai kecaman, Humas RSUD Daya, Wisnu, akhirnya angkat bicara melalui keterangan tertulis yang diterima media. Ia menyampaikan permohonan maaf sebesar-besarnya kepada seluruh pengunjung, keluarga pasien, dan pasien yang merasa terganggu oleh keramaian tersebut.
“Kami menyampaikan belasungkawa sedalam-dalamnya kepada pihak keluarga atas meninggalnya pasien di ruang ICU,” ucap Wisnu, seraya menegaskan bahwa pihak rumah sakit telah memfasilitasi pengantaran jenazah ke rumah duka.
Simsalabing!! Pelayanan RSUD Daya Kembali Normal Pasca Disorot
Namun, poin krusial dari klarifikasi Wisnu adalah penegasan bahwa lomba digelar setelah jam dinas, tepatnya pukul 14.00–15.30 Wita, dan hanya diikuti staf yang sudah selesai dinas.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa lomba berlangsung di lobi Gedung A lantai 1, sementara ruang ICU berada di Gedung B lantai 2, dan ruang rawat inap tersebar di Gedung B dan C pada lantai berbeda.
Menurut Wisnu, pasien yang meninggal dunia telah menjalani perawatan intensif selama beberapa hari dan wafat di ruang ICU sekitar pukul 14.45 Wita. Ia bersikeras, meninggalnya pasien sama sekali tidak ada kaitan dengan kegiatan lomba yang berlangsung di area lobi.
Simsalabing!! Pelayanan RSUD Daya Kembali Normal Pasca Disorot
Namun, Wisnu mengakui adanya pengunjung atau keluarga pasien yang merasa terganggu, kemudian merekam kegiatan lomba, dan menyebarkannya ke media sosial.
“Kami juga ingin menyampaikan terima kasih banyak kepada semua pihak yang telah memberikan masukan melalui kritik dan saran untuk RSUD Daya Kota Makassar ke depannya dalam meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat,” tutup Wisnu, mencoba meredakan situasi.
Publik Tak Segan: Suara Kekecewaan Menggema!
Meskipun RSUD Daya telah memberikan klarifikasi, publik tetap memandang insiden ini sebagai noda hitam yang diduga meninggalkan “catatan kelam”.
Suasana rumah sakit yang seharusnya menjadi tempat kesembuhan dan ketenangan justru berubah menjadi arena lomba dengan musik keras. Ini memicu kekecewaan besar di tengah masyarakat.
Berbagai narasi pedas dari warganet memenuhi linimasa media sosial:
- “Emang udah pada gila semua. Pasien sampai meninggal.”
- “Viral!! Petugas RS melakukan perlombaan 17an dalam rumah sakit, pasien terganggu bahkan meninggal dunia.”
- “Terlihat semua petugas RS melakukan lomba 17san dengan musik keras dan ribut. Tidak ada yang memikirkan pasien. Bahkan ditegur keluarga korban, mereka diam dan tak peduli.”
- “IJIN NGEPOSTING Min, RS DAYA TELAH MELAKUKAN ACARA 17AN DI DALAM RUMAH SAKIT. BANYAK PASIEN YANG TERGANGGU DI SANA KAK. KAMI TIDAK MELARANG DIA MELAKUKAN KEGIATAN 17AN, TAPI KAMI SAYANGKAN BANYAK ORANG TERGANGGU DI DALAM RUMAH SAKIT.”
Insiden tragis ini menjadi pengingat keras bahwa setiap aktivitas di fasilitas kesehatan harus selalu mengedepankan kewibawaan, empati, dan keselamatan pasien.
Kepercayaan publik terhadap layanan kesehatan tidak boleh tergerus hanya karena kurangnya kepekaan dan profesionalisme.