Situasi Terkini: Dari Pajak ke Perlawanan “Aparat Jadi Korban”, Bone Jadi Simbol Amarah Rakyat

By Matanusantara

BONE, MATANUSANTARA – Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan, Selasa (19/8/2025) berubah menjadi lautan manusia. Ribuan massa turun ke jalan menolak kenaikan pajak hingga 300 persen yang dianggap “mencekik rakyat kecil”. Kabarnya beberapa aparat pengamanan yang berjaga menjadi korban atas amarah masyarakat.

Sejak pagi, gelombang massa memadati Jalan Ahmad Yani, tepat di depan Kantor Bupati Bone. Jalan trans Sulawesi lumpuh total. Spanduk bernada protes terbentang, teriakan tuntutan menggema, dan panas matahari tak menyurutkan semangat warga.

Mesra!! Kapolres Bone dan Forkopimda Kompak Hadiri Peringatan Kemerdekaan

Namun, kekecewaan semakin memuncak ketika Bupati Bone tidak keluar menemui pengunjuk rasa.

“Kalau pemimpin menutup telinga, rakyat pasti akan membuka barisan perlawanan!” teriak salah satu orator aksi.

Dinilai Kenaikan PBB Jadi “Kado Pahit”, Warga Bone Hadiahi Kritik Pedas Bupati di HUT RI ke-80

Dari pantauan awak media, terlihat tensi massa tak terbendung. Pagar kawat berduri yang dipasang aparat dirobohkan. Pagar besi Kantor Bupati pun ambruk diterjang ribuan orang yang merangsek masuk.

Situasi mendadak mencekam, gas air mata ditembakkan polisi ke arah kerumunan. Suasana berubah menjadi kepanikan: massa berlarian, sebagian terjebak di dalam halaman kantor bupati, sementara ribuan lainnya tetap bertahan di luar dengan teriakan
“Tolak pajak mencekik rakyat!”.

Dinilai Kenaikan PBB Jadi “Kado Pahit”, Warga Bone Hadiahi Kritik Pedas Bupati di HUT RI ke-80

Hingga malam menjelang, ribuan pengunjuk rasa masih mengepung Kantor Bupati Bone. Aparat keamanan berjaga ketat, sementara pemerintah daerah bungkam tanpa pernyataan resmi.

Kenaikan pajak 300 persen yang menjadi pemicu aksi hingga kini belum dijelaskan secara transparan. Sejumlah sumber menyebut kebijakan itu terkait peningkatan target PAD (Pendapatan Asli Daerah), namun tanpa kajian dampak sosial.

Mesra!! Kapolres Bone dan Forkopimda Kompak Hadiri Peringatan Kemerdekaan

Bagi warga, kebijakan ini bukan sekadar angka, tetapi simbol ketidakpekaan pemerintah terhadap penderitaan masyarakat pascapandemi dan harga kebutuhan pokok yang kian melambung.

Aksi ini bukan sekadar penolakan pajak, melainkan lonceng peringatan: jurang antara kebijakan pemerintah dan aspirasi rakyat di Bone semakin melebar.

Hingga berita ini dilayangkan, awak media masih berupaya mendapatkan keterangan resmi dari pihak Kepolisian dan Pemerintah Bone, aparat yang menjadi korban belum diketahui betapa jumlahnya.

Editor: Ramli

Bagikan Informasi Ini
Tinggalkan komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!