Swedia Kekurangan Sampah, Indonesia Bisa Belajar dari Rahasia Mereka
INDONESIA, MATANUSANTARA — Bayangkan sebuah negara yang justru kekurangan sampah. Bukan karena warganya tidak menghasilkan limbah, tetapi karena sistem daur ulangnya terlalu sukses. Itulah Swedia. Negeri Skandinavia ini bahkan sampai harus mengimpor 2,3 juta ton sampah dari negara tetangga, dan ironisnya, mereka malah dibayar untuk melakukannya.
Kurang dari 1% sampah rumah tangga di Swedia berakhir di TPA. Artinya, hampir semua limbah bisa dimanfaatkan kembali, entah jadi energi, material bangunan, atau didaur ulang.
Serangan Israel ke Qatar Langgar Hukum Internasional, Indonesia Bereaksi
Sampah Jadi Listrik dan Panas Rumah Tangga
Swedia menghasilkan 4,4 juta ton sampah per tahun. Setengahnya didaur ulang, sisanya dimanfaatkan lewat sistem Waste-to-Energy (WtE). Hasilnya luar biasa:
Rektor UNM Persilakan Laporan Dugaan Pelecehan Seksual Terhadapnya
Panas untuk 810.000 rumah
Listrik untuk 250.000 rumah
Sampah menyumbang 20% bahan bakar pembangkit panas distrik
Sebagai perbandingan, Amerika Serikat hanya mampu mendaur ulang sekitar 34% sampahnya.
Kunci Sukses: Dari Dapur Hingga Pembangkit
Analisis Mencuat Usai Pemerintah Pastikan 2026 Tanpa Rekrutmen CPNS dan Kenaikan Gaji
Rahasia Swedia bukan hanya teknologi, tapi juga disiplin warganya.
1. Pemilahan di rumah – setiap keluarga memisahkan logam, kaca, plastik, kertas, hingga sisa organik. Di Stockholm, sampah bahkan langsung masuk ke pusat daur ulang lewat sistem tabung bawah tanah.
2. Pengelolaan limbah berbahaya – limbah elektronik dan bahan beracun diolah khusus dengan insinerator.
Nusron Wahid, Dari Kota Santri Hingga Menteri ATR BPN
3. Residu pun dipakai – kerikil terak untuk jalan, residu alkali untuk netralisasi limbah asam.
Artinya, hampir tidak ada yang benar-benar terbuang.
Pelajaran untuk Indonesia
Setiap ton sampah yang tidak masuk TPA berarti 1.100 pon emisi karbon terhindarkan. Swedia berhasil menjadikan sampah sebagai solusi, bukan masalah.
Indonesia tentu masih jauh, tapi bukan mustahil. Kuncinya ada pada:
Disiplin kolektif masyarakat (mulai dari memilah di rumah)
Teknologi tepat guna
Kebijakan pemerintah yang konsisten
Respons Dingin Kadis Pendidikan Disoroti Aktivis, Atas Dugaan Pungli SMPN 3 Makassar
Kalau Swedia bisa, kenapa kita tidak? Mari mulai dari langkah kecil: pilah sampah di rumah, dukung program daur ulang lokal, dan ubah cara pandang kita. Ingat, masa depan bumi ditentukan oleh kebiasaan sederhana hari ini.
Editor: Ramli
Sumber: Via.tt.se
Tinggalkan Balasan