Mata Nusantara

Akurat Tajam & Terpercaya

Anak Pasien Lansia yang Ditolak RSUD Tajuddin Apresiasi Pelayanan RSUD Daya: “Bagaikan Langit dan Bumi”

Perbandingan dua rumah sakit: RSUD Daya dan RSUD Tajuddin Chalid sama-sama penuh, namun berbeda dalam cara melayani pasien. (Dok/Spesial/Matanusantara)

MAKASSAR, MATANUSANTARA — Setelah sempat kecewa akibat dugaan penolakan pelayanan di RSUD Dr. Tajuddin Chalid, warga Paccerakkang, Kecamatan Biringkanaya, bernama Andi Vera, anak dari pasien lansia berinisial HH (65), kini menyampaikan apresiasi atas pelayanan yang diberikan oleh RSUD Daya Makassar.

Menurutnya, pelayanan medis dan sikap petugas di RSUD Daya jauh berbeda dengan apa yang dialaminya di RSUD Tajuddin Chalid.

“Patut diberikan apresiasi atas pelayanan yang diberikan oleh dokter dan seluruh petugas di RSUD Daya. Mereka tidak tebang pilih dan memeriksa ibu saya dengan baik serta penuh keikhlasan sebagai pelayan masyarakat,” ujar Andi Vera melalui pesan singkat kepada Matanusantara.co.id, Rabu (22/10/2025).

Perbandingan Dua Pelayanan: “Bagaikan Langit dan Bumi

RSUD Tajuddin Klarifikasi Dugaan Tolak Pasien Lansia, Tapi Berpotensi Langgar UU Rumah Sakit

Andi Vera tak segan membandingkan dua pengalaman yang berlawanan itu. Ia menyebut pelayanan di RSUD Daya sangat manusiawi meski dalam kondisi penuh pasien.

“Pelayanannya sangat jauh bedanya, bagaikan langit dan bumi. Situasi di RSUD Daya dan RSUD Tajuddin sama-sama full bed, tapi perawat di RSUD Daya tetap sigap. Begitu saya tiba, mereka langsung mengambil kursi roda dan memeriksa ibu saya lebih dulu, baru kemudian saya diarahkan mengurus administrasi,” jelasnya.

Miris! Oknum Perawat RSUD Tajuddin Diduga Tolak Pasien Lansia Tanpa Pemeriksaan

Perlakuan cepat dan ramah itu, kata Vera, menjadi bukti bahwa pelayanan kesehatan bisa tetap manusiawi meski di tengah tekanan kerja tinggi.

Ungkap Fakta Baru di RSUD Tajuddin

Dalam kesaksiannya, Andi Vera juga mengungkap fakta lain saat ibunya ditolak di RSUD Tajuddin. Menurutnya, sempat terjadi perdebatan antara perawat.

“Dia (perawat) bilang: ‘Cari mi rumah sakit lain atau puskesmas. Pun kalau puskesmas tidak ada yang buka 24 jam. Bahkan ada satu perawat sampai teriak, “memaksanya mau dilayani,” ungkapnya dengan nada kecewa.

RSUD Haji Makassar Klarifikasi Soal Perawatan Pasien Nur Aqilah

Pernyataan ini memperkuat dugaan adanya ketidaksesuaian prosedur dalam penanganan pasien di IGD, terutama terkait sikap petugas terhadap keluarga pasien.

Klarifikasi RSUD Tajuddin Chalid

Sebelumnya, pihak RSUD Dr. Tajuddin Chalid telah memberikan klarifikasi resmi melalui Hasmayanti (Yanti), selaku Humas RSUD Tajuddin. Ia menegaskan bahwa tidak ada unsur penolakan pasien, melainkan kondisi IGD yang penuh dan kasus pasien yang tidak tergolong darurat medis.

“Untuk diketahui, pasien datang tiga hari setelah tertusuk di kaki, sementara suntik tetanus sebaiknya diberikan 1×24 jam setelah kejadian. Kondisi di IGD kemarin sangat crowded, full bed,” ujar Yanti kepada Matanusantara.co.id, Selasa (21/10/2025).

RSUD Haji Makassar Klaim SKTM dan DTKS “Tak Berlaku”, PUKAT Desak Gubernur Lakukan Evaluasi

Ia juga menjelaskan bahwa prioritas IGD adalah untuk kondisi yang mengancam nyawa atau berpotensi cacat, sesuai regulasi BPJS Kesehatan terbaru.

“Beberapa pasien tertolak di IGD karena tidak masuk dalam kategori kegawatdaruratan,” jelasnya.

Yanti menambahkan, sebelum pasien diminta mencari layanan lain, petugas telah memberikan edukasi agar berobat ke puskesmas terdekat.

“Pasien sudah diedukasi untuk ke puskesmas,” tutupnya.

RSUD Haji Makassar Klaim SKTM dan DTKS “Tak Berlaku”, PUKAT Desak Gubernur Lakukan Evaluasi

Perbandingan yang Menggugah Evaluasi Sistem Pelayanan Publik

Kisah ini menjadi cermin tajam bahwa kualitas pelayanan kesehatan tidak hanya diukur dari fasilitas, tetapi juga dari etika dan sikap kemanusiaan para tenaga medis.

Perbandingan dua rumah sakit milik pemerintah di Makassar ini, RSUD Tajuddin Chalid dan RSUD Daya menunjukkan betapa pentingnya komunikasi empatik dalam pelayanan gawat darurat, agar tidak menimbulkan kesan penelantaran pasien.

Miris!! Pihak RSUD Haji “Minta” Biaya Rp900 Ribu Meski Pasien Miliki SKTM dan DTKS, Begini Klarifikasi Humas

Dorongan Publik untuk Evaluasi dan Pembinaan

Publik kini berharap agar Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan segera turun tangan melakukan evaluasi sistem pelayanan dan pembinaan sikap petugas IGD di RSUD Tajuddin Chalid.

Hal ini penting agar tidak ada lagi pasien yang kehilangan haknya atas pelayanan medis hanya karena miskomunikasi atau penuh tempat tidur.

Editor: Ramli
Sumber: Humas RSUD Hasmayanti/Andi Vera (Anak) Pasien Lansia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Belum ada komentar disini
Jadilah yang pertama berkomentar disini
error: Content is protected !!
Exit mobile version