OJK: Kerugian Akibat Penipuan Keuangan Capai Rp7 Triliun, Sinergi Jadi Kunci
PURWOKERTO, MATANUSANTARA —Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan total kerugian masyarakat akibat berbagai modus penipuan keuangan atau scam mencapai Rp7 triliun sejak tahun lalu (2024)
Angka fantastis tersebut, menurut Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Pelindungan Konsumen OJK, Friderica Widyasari Dewi, menunjukkan betapa besarnya potensi ekonomi masyarakat yang lenyap akibat kejahatan finansial digital yang semakin marak.
Tangis Ibu Rumah Tangga di Bulukumba Pecah Usai Ketahuan Bawa Sabu, Akui Terdesak Ekonomi
Friderica juga menyampaikan fakta tersebut dalam kegiatan Puncak Bulan Inklusi Keuangan (BIK) 2025 di Rita Supermall, Purwokerto, Sabtu (18/10).
“Dan ini masyarakat yang melakukan (pelaporan kepada IASC) sudah sangat banyak, sekitar 300 ribu sejak ini didirikan tahun lalu, hampir setahun usianya. Total kerugian masyarakat sudah 7 triliun,” jelas Friderica.
Dana Hilang, Potensi Ekonomi Lokal Ikut Tergerus
Prabowo Lantik 10 Duta Besar Baru RI, Dorong Diplomasi Ekonomi Global
Menurut Friderica, dana sebesar itu seharusnya dapat memberikan dampak positif jika tersimpan di lembaga keuangan formal.
Uang yang hilang akibat penipuan digital, katanya, dapat berkontribusi besar bagi pertumbuhan ekonomi lokal dan peningkatan pendapatan daerah bila dikelola melalui sistem keuangan resmi.
Lima Sektor Andalan Dorong Ekonomi Lombok Tengah Tahun 2024
“Bayangkan tadi, 7 triliun uang masyarakat itu hilang. Kalau itu masuk menjadi, misalnya, membeli saham di pasar modal, atau ditampung di bank-bank, uang itu bisa memutar ekonomi masyarakat setempat. Lalu disalurkan ke perusahaan yang membutuhkan modal, dan seterusnya,” ungkapnya.
Namun kenyataannya, praktik scam yang masif justru menyerap dana masyarakat tanpa nilai balik bagi perekonomian daerah.
Potensi investasi, pembiayaan UMKM, hingga pajak daerah pun ikut terhambat.
Data Lengkap Pertumbuhan Ekonomi Nasional Kuartal II 2025 di Indonesia
Pemberantasan Kejahatan Keuangan Butuh Sinergi Multi Pihak
OJK menegaskan bahwa upaya memberantas kejahatan finansial tidak bisa dilakukan sendiri.
Friderica menekankan pentingnya sinergi dan kolaborasi antara pemerintah daerah, lembaga jasa keuangan, dan aparat penegak hukum untuk mempersempit ruang gerak para pelaku penipuan keuangan.
“Sinergi dan kolaborasi adalah kunci,” tegas Friderica.
NTB Terpuruk, Ekonomi Minus 0,82 Persen di Kuartal II 2025
OJK juga terus memperkuat literasi dan inklusi keuangan melalui berbagai kegiatan edukatif, agar masyarakat lebih berhati-hati dalam mengelola dana dan memilih produk keuangan yang sesuai kebutuhan.
Bulan Inklusi Keuangan Jadi Momentum Edukasi Publik
Puncak acara Bulan Inklusi Keuangan (BIK) 2025 tahun ini mengusung tema “Inklusi Keuangan untuk Semua, Rakyat Sejahtera, Indonesia Maju.”
Kegiatan ini menjadi wadah kolaborasi antara OJK, Forum Komunikasi Industri Jasa Keuangan (FKIJK), dan Pemerintah Daerah Banyumas dalam memperluas akses masyarakat terhadap layanan keuangan formal.
Ekonomi Bali Bangkit, Pertumbuhan 5,95 Persen Dorong Sektor Pariwisata
Selain edukasi, kegiatan ini juga menampilkan Financial Expo, memperkenalkan produk keuangan resmi dari berbagai lembaga untuk mendorong masyarakat menjauhi investasi bodong dan praktik pinjaman ilegal.
OJK berharap, melalui literasi keuangan yang terus diperkuat, masyarakat dapat menjadi lebih cerdas, waspada, dan mandiri secara finansial.
Editor: Ramli
—

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan